TUGAS
MAKALAH
KERAJAAN MALAYU
OLEH :
AMAN
MA’RUF : A1A2
11 083
LA ODE
AHMAD RIFAI : A1A2
11 081
MILDA
SISWANI : A1A2
11 082
SARIFA : A1A2
11 084
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji
Syukur Alhamdulillah, tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan makalah ini tepat pada waktu yang telah di tentukan. Dengan pokok
bahasan “Kerajaan Malayu”.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan. Guna melengkapi atau memperbaiki makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan dapat
memberikan manfaat bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………..…….. i
KATA PENGANTAR…………………………...…………... ii
DAFTAR ISI………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG………………………………………. 1
B. RUMUSAN
MASALAH……………………………………. 1
C. TUJUAN…………………………………………………….. 2
D. METODE
PENULISAN……………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. LETAK KERAJAAN
MALAYU…………………………… 3
B. ZAMAN KERAJAAN MALAYU………………………….. 4
C. RAJA-RAJA KERAJAAN MALAYU……………………… 6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………………………… 8
B.
SARAN……………………………………………………… 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada
beberapa banyak kerajaan – kerajaan di Indonesia, yang di antaranya ialah
kerajaan Malayu yang terletak di Sumatra. Kerajaan malayu merupakan kerajaan
yang menimbulkan banyak tanggapan - tanggapan dari para ahli mengenai di mana
letaknya. Yang di karenakan tidak adanya bukti – bukti maupun sumber –
sumber yang cukup kuat yang menjelaskan
di mana letak kerajaan ini. Letak dari kerajaan malayu ini menimbulkan sedikit perbedaan
di kalangan para ahli. Ada yang menduga kerajaan ini berada di daerah jambi
sekarang, tetapi dari sumber – sumber yang kemudian orang mengatakan Malayu
letaknya di Semenanjung Tanah Malayu,
Kerajaan ini pernah di kuasai oleh kerajaan
sriwijaya, dan secara politik berada dalam kekuasaan sriwijaya. Tetapi pada
abad ke-17 kerajaan ini kembali berkuasa di Sumatra, di bawah pimpinan raja
Adityawarman putra dari Adwayawarman. Kerajaan ini kembali berkuasa setalah
kerajaan Sriwijaya di taklukkan dalam ekspedisi pamalayu yang di lakukan oleh
kerajaan Singhasari.
Kerajaan
Malayu merupakan kerajaan yang beberapa kali tidak di dengar beritanya dan
kemudian muncul kembali dan merebut kekuasaan di Sumatra. Dengan beberapa raja
– raja yang pernah memerintah atau memimpin di kerajaan Malayu ini.
B. RUMUSAN MASALAH
a.) Letak kerajaan malayu.
b.) Zaman kerajaan malayu.
c.) Raja - raja yang pernah memimpin kerajaan malayu.
C. TUJUAN
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini ialah dengan melihat kurangnya pengetahuan
mahasiswa mengenai sejarah – sejarah kerajaan yang pernah ada di Indonesia.
Sehingga dengan pembahasan dalam makalah kami ini, penulis berharap dapat
memberikan sedikit manfaat buat rekan – rekan mahasiswa yang lain. Dan mampu
menambah wawasan mahasiswa tentang kerajaan – kerajaan yang pernah ada di
Indonesia pada umumnya dan di Sumatra pada khususnya.
D. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam
penyusunan makalah ini ialah dengan membaca buku – buku panduan tentang sejarah
- sejarah di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LETAK KERAJAAN MALAYU
Latak
kerajaan malayu menimbulkan banyak kontrofersi karena banyaknya
tanggapan–tanggapan dari para ahli sejarah mengenai hal ini. Sebab tidak adanya
bukti-bukti peninggalan yang dapat menyatakan dengan pasti letak dari kerajaan
ini. Ada beberapa tanggapan dari para ahli tentang letak dari kerajaan malayu
di antaranya ialah sabagai berikut.
Dari kitab
sejarah dinasti T’ang kita pertama kalinya menjumpai pemberitaan tentang
datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu di cina pada tahun 644 dan 645. Nama
Mo-lo-yeu ini mungkin dapat di hubungkan dengan kerajaan malayu, yang letaknya
di pantai timur Sumatra dengan pusatnya di sekitar jambi.
Dan
mengenai letak malayu ini ada sedikit perbedaan pendapat di kalangan para ahli.
Ada yang menduga malayu ini letaknya di daerah jambi sekarang. Tetapi dari
sumber – sumber yang kemudian, orang mengatakan malayu letaknya semenanjung
tanah malayu.
Dari
berita I-tsing, maka kita dapat tahu bahwa dalam perjalanan dari India ke Cina
orang melalui pelabuhan Malayu. Dan dari pelabuhan ini, orang naik perahu ke
arah utara menuju Kwang-tung. Pelayaran dari Sriwijaya ke Malayu memakan waktu
lima belas hari lamanya. Dari malayu untuk menuju ke Chieh-cha (Kedah) orang
harus berganti arah yaitu ke utara dan lama pelayaran lima belas hari. Jadi
jika demikian jarak antara Malayu dengan Sriwijaya kurang lebih sama dengan
jarak Malayu ke Kedah.
Satu hal
yang menarik perhatian dari cerita perjalanan I-tsing ialah pernyataan bahwa
dari malayu ke kedah ia “berganti arah”. Menurut Moens berarti arah malayu –
sriwijaya haruslah barat laut – tenggara, karena arah malayu kedah ialah
tenggara – barat laut. Berdasarkan hal ini Moens menempatkan sriwijaya sebelum
pindah di muara takus, terletak di daerah timur jazirah malaka. Pernyataan ini
ia hubungkan dengan prasasti kedukan bukit, yang menurut anggapannya merupakan
peringatan penguasaan malayu oleh sriwijaya. Setelah penguasaan malayu, pusat
kerajaan tidak berpindah ke Palembang tetapi ke daerah muara takus.
Slametmuljana
berdasarkan keterangan I-tsing menyimpulkan bahwa pada abad ke-7, malayu malayu
terletak di muara suangai batang hari atau yang sekarang kita kenal dengan kota
jambi. Sementara itu Soekmono menyatakan bahwa dari segi arkeologinya tidak ada
bahan yang dengan meyakinkan dapat menyokong pendapat Moens untuk menempatkan
sriwijaya di muara takus. Di tambah dengan hasil rekontruksi pantai daerah
Pekanbaru dan Rengat, yang tidak menghasilkan unsur – unsur yang cukup kuat
untuk menempatkan sriwijaya di daerah khatulistiwa, maka kiranya dapat di simpulkan
bahwa kedudukan jambi menjadi semakin kuat sebagai pusat sriwijaya, kalau saja
dapat di pastikan bahwa malayu bukan di jambi letaknya.
Pendapat
terbaru mengenai letak Malayu di kemukakan oleh Boechari dalam analisanya
mengenai perjalanan dari Malayu ke Kedah. Dalam berita I-tsing di sebutkan
bahwa setelah sampai di Malayu, pelayaran berubah arah menuju Kedah. Malayu ini
letaknya di sebelah selatan Kedah dan pelayaran ke Kedah memekan waktu lima
belas hari, seperti halnya pelayaran Sriwijaya ke Malayu. Oleh karena itu,
Malayu ini haruslah terletak di tengah perjalanan Sriwijaya (di daerah Batang
Kuantan) ke Kedah, kira – kira 3o di sebelah Utara Khatulistiwa, di
pantai timur Sumatra dekat sungai Asahan atau di pantai barat Malaysia dekat
Port Swettenham. Tetapi dalam hal ini ia lebih cenderung untuk menempatkan
Malayu di pantai Timur Sumatera, sebab I-tsing harus merubah arah pelayarannya
untuk mencapai Kedah.
Tetapi
hampir semua ahli sejarawan sepakat bahwa kerajaan Malayu berlokasi di hulu
sungai Batanghari sebab pada alas arca Amoghapas yang di temukan di padangroco
terdapat prasasti bertarikh 1208 saka pada tahun 1286 yang menyebutkan bahwa
arca itu merupakan hadiah dari nraja Kartanegara (raja singasari) kepada raja
Malayu.
B. ZAMAN
KERAJAAN MALAYU
Kerajaan Malayu adalah kerajaan
tertua di Indonesia yang muncul pada abad ke-7. Dan pada saat itu secara
politik berada di bawah kekuasaan kerajaan sriwijaya. Kerajaan ini mempunyai
kemampuan untuk mengontrol perdagangan di Selat Malaka sebelum di rebut oleh kerajaan
sriwijaya pada tahun 685. Kerajaan malayu ini mulai di kuasai oleh kerajaan
Sriwijaya pada tahun 685, hal ini di buktikan dengan catatan I-tsing yang
mengatakan bahwa bahwa pada saat berangkat menuju India tahun 671 Malayu masih
menjadi kerajaan merdeka sedangkan ketika kembali tahun 685 negeri ini telah di
kuasai olah kerajaan Sriwijaya. Dan juga sesuai keterangan I-tsing yang dapat
di simpulkan bahwa pada sekitar tahun 685 kerajaan Sriwijaya telah
mengembangkan kekuasaannya, dan salah satu Negara yang di taklukkannya ialah
Malayu.
Dan setelah kerajaan Malayu di
kuasai oleh kerajaan Sriwijaya, untuk jangka yang cukup lama tidak ada lagi
yang menjumpai nama Malayu disebut – sebut dalam sumber – sumber sejarah. Baru
pada pertengahan akhir Abad ke-8 baru lagi dapat di jumpai nama Malayu di dalam
kitab Pararaton dan kitab Nagarakertagama. Di dalam sumber itu di sebutkan
bahwa pada tahun 1275, raja Kartanegara dari kerajaan jawa (raja Singhasari) mengadakan
ekspedisi penaklukkan ke Sumatra dan ekspedisi tersebut di sebut dengan
Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini ternyata mempunyai hubungan erat dengan
ekspedisi kerajaan Mongol yang sedang giat di lancarkan oleh Khubhilai Khan untuk
menguasai daerah Asia Tenggara dan juga dalam rangka politik perluasan
kekuasaan kerajaan singhasari. Ekspedisi ini berhasil menjalin hubungan
persahabatan antara Singhasari dan Malayu. Untuk mempererat hubungan
persahabatan ini, pada tahun 1208 (1286) masehi raja Sri Kertanegara
Wikramadharmottunggadew, mengirim sebuah arca Buddha Amoghapasalokeswara
beserta empat belas pengiringnya ke Malayu sebagai hadiah. Penempatan arca ini
di Dharmasraya di pimpin oleh empat orang pejabat tinggi dari jawa. Pemberian
hadiah ini membuat seluruh rakyat Malayu sangat bergirang hati terutama rajanya
yang bernama Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Keterangan mengenai hadiah
ini tertulis pada bagian lapik (alas) arca Amoghpasa itu sendiri. Arca ini di
ketemukan kembali di daerah Sungai Langsat dekat sijunjung, di daerah hulu
sungai batang hari.
Setelah peristiwa ini, tidak ada
lagi keterangan lainnya mengenai keadaan di Sumatera, baru kemudian pada masa
pemerintahan Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhani (1328 – 1350) kita
memperoleh sedikit keterangan tentang daerah Malayu. Dan rupa - rupanya
kerajaan Malayu ini menjadi pusat kekuasaan di Sematera, sedangkan Sriwijaya
setelah adanya ekspedisi pamalayu dari raja kertanegara, tidak pernah lagi ada
beritanya.
C. RAJA – RAJA YANG PERNAH MEMERINTAH DI KERAJAAN
MALAYU
Berikut ini ialah raja-raja yang pernah memerintah
di kerajaan Malayu.
Tarikh
|
Nama
Raja atau Gelar
|
Ibu kota
|
Prasasti,
catatan pengiriman utusan ke Tiongkok serta peristiwa
|
671
|
Minanga
|
Berita
cina, catatan perjalanan I-tsing (634-713). Dan Prasasti Kedutan Bukit tahun
628, penaklukkan Minanga oleh Sriwijaya.
|
|
682-1156
|
Di bawah kekuasaan Sriwijaya.
|
||
1157-1182
|
Belum ada berita.
|
||
1183
|
Srimat Trailokyaraja
Maulibhusana Warmadewa
|
Dharmasraya
|
Prasasti Grahi tahun 1183 di
selatan Thailand, perintah kepada bupati Grahi yang bernama maha Senapati
Galania supaya membuat arca Budha seberat 1 Bhara 2 tula dengan nilai emas 10
tamlin.
|
1184-1285
|
Belum ada berita
|
||
1286
|
Srimat Tribhuwanaraja Mauli
Warmadewa
|
Dharmasraya
|
Prasasti Padang Roco tahun 1286
di Suguntur (Kabupaten Dharmasraya sekarang), pengiriman arca Amoghapasa
sebagai hadiah raja Singhasari kepada raja Malayu.
|
1316
|
Akarendrawarman
|
Dharmasraya
atau Suruaso
|
Prasasti Suruaso (Kabupaten
Tanah Datar sekarang)
|
1347
|
Suruaso atau Pagaruyung
|
Pindah ke Suruaso, Prasasti Suruaso
(Kabupaten Tanah Datar
sekarang), Pengiriman utusan ke Cina sebanyak 6 kali dalam rentang
waktu 1371 sampai 1377 pada masa Dinasti Ming.
|
|
1375
|
Pagaruyung
|
Prasasti Batusangkar
(Kab. Tanah Datar sekarang).
|
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kerajaan Malayu merupakan kerajaan yang tertua di
Indonesia dan terletak di pantai Timur Sumatra, yang tepatny di hulu sungai
Batang Hari. Kerajaan ini pernah di kuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Tetapi pada
abad ke-17 kerajaan ini mampu menguasai kembali selat malaka setelah karajaan
Sriwijaya di taklukkan dalam Ekspedisi Pamalayu.
B. SARAN
Adapun
saran yang dapat penulis tuangkan dalam penyusunan makalah ini ialah sebagai
generasi penerus bangsa, kita harus mencintai Negara ini dan mengetahui sejarah
– sejarah yang ada di dalamnya. Baik itu sejarah – sejarah kerajaan yang pernah
ada di Indonesia maupun sejarah peperangan untuk mencapai kemerdekaan untuk
menjadi satu bangsa yang mengatur wilayahnya sendiri tanpa ada campur tangan
dari Negara – negara lain. Sehingga kita tahu bagaimana sulitnya bangsa ini
terbentuk dan mampu menjaga atau pun melindunginya agar tidak di remehkan oleh
Negara – negara lain. Selain itu kita dapat mengetahui peninggalan – peninggalan
asli dari nenek moyang sebelum kita dan menjaganya sehingga tidak di klaim oleh
Negara lain yang ingin mengambilnya dari tangan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro,
Marwati Djoened. 1993. Sejarah Nasional
Indonesia II. Balai Pustaka: Jakarta
Terima kasih sudah mengingatkan saya tentang sejarah asal usur leluhur saya. Yang anda tulis sangat berarti dan saya sangat menghargai itu. Sekian terima kasih
BalasHapus